Kalau di kalangan masyarakat Sunda kita mengenal lotek atau dalam khasanah kuliner Betawi ada ketoprak, masyarakat Bali punya tipat santok. Seperti lotek dan ketoprak, biasanya tipat santok dijual secara sederhana. Di warung kecil, di lapak pedagang pasar, di emperan kaki lima, didorong keliling dengan gerobak, bahkan hanya di atas meja yang diletakkan di depan rumah pedagangnya. Gula Bali The Joglo membawa kuliner khas masyarakat Bali ini ke tingkat yang berbeda dengan menyajikannya di restoran yang resik dan nyaman.
Tentunya sajiannya tidak hanya tipat santok saja tetapi juga menu-menu sejenis yang beberapa diantaranya merupakan menu khas wilayah-wilayah tertentu di Bali seperti misalnya serombotan yang merupakan kuliner Bali dari kawasan Klungkung. Ada juga tipat plecing yang super pedas dan aneka rujak. Ada bermacam-macam jenis rujak yang bisa dipilih, diantaranya rujak gula, rujak kacang, rujak serut, dan lainnya. Tidak ketinggalan sajian rujak yang sangat khas Bali dan tidak semua orang bisa menikmatinya, rujak kuah pindang.
Ada juga sajian manis jajan pasar khas bali yang disajikan dengan parutan kelapa dan lelehan gula merah. Pilihan menu manis lain terdapat juga beberapa jenis bubur dan kolak. Benar, ternyata kolak yang di tempat-tempat lain di tanah air melonjak popularitasnya selama Bulan Suci Ramadhan ini juga merupakan bagian dari kekayaan kuliner Bali. Sementara untuk minuman, yang khas ada dawet dan cincau hijau yang dalam Bahasa Bali dikenal dengan nama daluman. Sebagai penyerta, ada juga pilihan minuman yang lebih ringan seperti teh, kopi, jus, dan beberapa jenis soft drink populer.
Meskipun disajikan dalam suasana restoran yang nyaman dan berada di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau, harga dari menu yang disajikan Gula Bali The Joglo masih mewakili keberadaan tipat santok dan kawan-kawan sebagai sajian merakyat. Rata-rata harganya di kisaran sepuluh ribuan, kurang-kurang dikit, lebih-lebih dikit, tapi yang jelas tidak akan menguras isi dompet. Sementara ukuran menunya relatif kecil. Untuk rata-rata perut, satu sajian saja tidak akan membuat perut kenyang. Ada bagusnya, dengan begitu kita bisa mencicipi beberapa jenis sajian tanpa harus kekenyangan dan ujung-ujungnya merasa berdosa terhadap berat badan.
Yang harus dicatat adalah bahwa kuliner Bali yang otentik memang cenderung pedas. Jadi bersiap-siaplah dengan mulut terbakar. Kalau tidak begitu cocok dengan makanan yang terlalu pedas, jangan lupa berikan catatan khusus pada saat memesan. Kadang-kadang pelayan bertanya mengenai tingkat kepedasan yang diinginkan. Tetapi karena by-default memang pedas, sering kali pertanyaan tersebut terlewatkan. Jadi sekali lagi, kalau mulut atau perut anda tidak tahan pedas, berikan catatan khusus pada saat memesan.
Di Bali pedagang yang menjual tipat santok, rujak, serombotan, dan kawan-kawannya seperti yang disajikan Gula Bali The Joglo sangat banyak. Bisa ditemukan di mana-mana. Di dalam gang-gang sempit kawasan perkotaan yang padat di tengah Kota Denpasar, sampai di desa terpencil yang antar rumah tidak bisa saling melihat karena jaraknya berjauhan sekalipun bisa dengan mudah ditemukan. Meskipun begitu biasanya memang pedagangnya terpisah-pisah. Misalnya saja pedagang serombotan ya hanya menjual serombotan saja.
Tapi soal rasa memang Gula Bali The Joglo termasuk diantara sedikit yang paling top. Jadi untuk wisatawan yang baru pertama kali mencicipi makanan-makanan ini, ada baiknya langsung mencicipinya di tempat ini, supaya tidak terlanjur menempel kesan kalau rasanya kurang nendang.
Selain soal rasa, suasana Gula Bali The Joglo sangat nyaman. Jangankan dibandingkan dengan tempat berjualan tipat santok dan kawan-kawan pada umumnya, dibandingkan dengan restoran lainpun tempat ini termasuk yang sangat nyaman. Ciri khas yang dipertahankannya adalah rumah kuno khas Jawa, yang tentunya sesuai dengan namanya, Joglo. Dindingnya yang terbuka dan langit-langitnya yang tinggi membuat udara bersirkulasi dengan baik, sehingga sejuk meskipun tanpa pendingin ruangan.
Alih-alih menghadap jalan, bangunan joglo ini berdiri menghadap taman yang cukup luas dan ditata asri, bukan hanya dengan rumput dan tanaman-tanaman kecil tapi juga ada pohon-pohon besar yang membawa suasana teduh dan udara sejuk. Memisahkannya dengan jalan raya sehingga pengunjung tidak terganggu suara dan pemandangannya oleh lalu-lintas, ada pagar tinggi yang membatasi taman dan jalan raya.
Gula Bali The Joglo ada di dua lokasi. Di dalam Kota Denpasar, restoran ini berada di Jalan Merdeka, di sisi timur kawasan Renon yang merupakan kawasan pemukiman elite yang mengelilingi pusat perkantoran Pemerintah Propinsi Bali. Untuk wisatawan yang umumnya lebih memilih kawasan seputaran Kuta untuk menginap, restoran ini juga ada di seputaran Sunset Road, uniknya nama jalannya sama-sama Jalan Merdeka. Tepatnya di belakang Lippo Mall di dekat bundaran patung Dewa Ruci yang dikenal dengan sebutan simpang siur.
Memilih outlet di Renon atau di Kuta, menu yang ditawarkan sama, kenyamanan suasana bahkan gaya arsitekturnya sama, kualitas pelayanan sama, rasa kurang lebih sama, harga pastinya juga tidak ada perbedaan. Jadi tergantung anda lebih dekat ke outlet yang mana.
Kalau mau dicari kelemahannya, sepertinya kelemahan Gula Bali The Joglo adalah jam bukanya yang terbatas. Jam 5 sore sudah tutup. Jadi restoran ini hanya melayani tamu di seputaran jam makan siang atau bersantai di sore hari. Mungkin agak sulit untuk wisatawan yang biasanya menghabiskan waktu di siang hari untuk menjelajah dan baru kembali ke seputaran Denpasar atau Kuta menjelang malam untuk beristirahat di penginapan masing-masing.