Feeding monyet di Bali sejatinya bukan sesuatu yang harus dilakukan kalau saja daya dukung lingkungan masih cukup bagi mereka untuk mencari makan secara alami. Pandemi Covid-19 memperparah kesulitan mereka mendapatkan makanan, karena biasanya banyak wisatawan yang tertarik dengan tingkah lucu hewan primata ini dan memancing interaksi dengan cara memberikan makan.

Keberadaan kelompok-kelompok monyet di Bali sepertinya sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Selain di kawasan konservasi Taman Nasional Bali Barat, kelompok-kelompok monyet Bali banyak juga ditemukan di kawasan-kawasan hutan sekitar pura karena biasanya kawasan suci sekitar pura harus tetap dijaga sebagai lahan kosong dan tidak boleh dibangun.

Kawasan hutan sekitar Pura Luhur Uluwatu titik paling selatan Pulau Bali misalnya, terkenal dihuni oleh kelompok-kelompok satwa yang selalu digambarkan sebagai penggemar pisang ini. Ada juga beberapa tempat wisata yang daya tariknya berupa hutan alami yang dihuni kelompok-kelompok kera. Alas Kedaton di Kabupaten Tabanan, Sangeh di Kabupaten Badung, dan yang paling terkenal Monkey Forest di Ubud yang merupakan bagian dari Kabupaten Gianyar.

Banyak kelompok monyet meghuni hutan di sepanjang bibir tebing di selatan Bali. Mereka ini “bukan siapa-siapa”. Mereka tidak tinggal di kawasan konservasi atau di tempat wisata hutan monyet. Lingkungan tempat mereka tinggal sejatinya adalah lahan milik warga yang dibiarkan kosong karena kondisi tanahnya yang berbatu tidak memungkinkannya digunakan untuk bercocok tanam.

Tapi jauh di kaki tebing tersembunyi bentangan-bentangan pantai indah berpasir putih dengan air yang sangat jernih. Surga yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang dari tahun ke tahun semakin banyak membanjiri Bali. Pada gilirannya tebing-tebing itu dibongkar sehingga tersedia akses yang nyaman bagi wisatawan untuk mencapai pantai-pantai indah yang tersembunyi di kaki tebing itu.

Pantai Pandawa, Pantai Gunung Payung, dan Pantai Melasti misalnya … keindahannya sudah sampai bahkan pada mereka yang belum pernah menginjakkan kakinya di Bali sekalipun. Lahan hunian para monyet ini semakin menyempit setelah orang mulai menyadari nyamannya menginap di hotel atau tinggal di villa yang berdiri di atas tebing dengan pemandangan lepas ke arah samudera.

Monyetnya masih banyak, tapi lahan tempatnya mencari makan semakin menyusut. Mulailah mereka mengenal kebiasaan baru, menunggu belas kasihan wisatawan yang berusaha memancing interaksi dengan mereka dengan makanan. Tidak heran kalau kemudian di tempat-tempat wisata yang banyak monyetnya, banyak pedagang menjajakan makanan yang memang bukan untuk manusia, tapi untuk dibeli manusia kemudian diberikan pada monyet. Pisang, kacang, dan sebagainya.

Buah merupakan bagian dari sesajen upacara dalam tradisi Agama Hindu di Bali. Jumlahnya tidak sedikit. Apalagi dalam upacara-upacara besar. Setelah digunakan sesajen kemana perginya buah-buahan ini? Tanpa disadarinya sebetulnya feeding monyet di Bali sudah dilakukan masyarakat sejak dulu. Memberikan buah-buah “surudan”, sisa upacara, pada monyet.

Mengapa Sekarang Perlu Feeding Monyet di Bali?

Persoalan sekarang jadi runyam bagi para monyet, terutama yang menghuni sisa-sisa lahan kosong di sepanjang bibir tebing di selatan Bali. Akibat pandemi, tidak ada lagi wisatawan yang memberi mereka makanan. Akibat pandemi, sebagian masyarakat Bali terpaksa “menyederhanakan” sesajen yang disajikan saat upacara. Apalagi memang aktivitas upacara juga dibatasi sangat ketat, lagi-lagi akibat pandemi. Sementara lahan tempat mereka mencari makan sudah terlanjur tidak ada lagi.

Di dekat bibir tebing di atas Pantai Gunung Payung misalnya. Ratusan monyet setiap malam tidur diatas sebuah pohon besar di pinggi padang golf. Cuma tinggal satu itu saja pohon besar yang tersisa di kawasan itu. Tidak terbayangkan bagaimana nasib mereka kalau nantinya atas nama pariwisata pohon itu juga kemudian ditebang.

Melihat situasi itu, kelompok penyayang hewan Bali Rumah Singgah Satwa yang dipimpin Tio Russ secara rutin melakukan aktivitas feeding monyet di kawasan yang disebutkan tadi. Sekitar bibit tebing di atas Pantai Melasti, Pantai Green Bowl, Pantai Pandawa, dan Pantai Gunung Payung. Setiap dua hari sekali mereka membawa sedikitnya 5 sak besar biskuit, 200kilogram buah, dan 200 kilogram ubi. Kalau ada donatur yang menitipkan, kadang-kadang ada kacang juga.

Buahnya bisa apa saja. Tergantung buah apa yang harganya sedang paling bersahabat di pasar. Biasanya pepaya, semangka, atau pisang. Kadang-kadang ada juga sumbangan yang terdiri dari bermacam-macam buah.

Mengapa membawa biskuit? “Supaya mereka tidak terlalu berebut saat diberikan buah”, terang Tio. “Karena buah, biasanya pepaya atau semangka, harus dipotong-potong dulu sebelum dibagi”, lanjutnya.Untuk makan hari itu, biasanya mereka sudah cukup kenyang dengan biskuit dan buah. “Ubi disebar untuk bekal mereka esok harinya, karena kita baru lusanya datang lagi”, terang Tio lagi.

Feeding Anjing di Bali

Kelompok Bali Rumah Singgah Satwa ini sejatinya adalah kelompok penyayang hewan yang memfokuskan aktivitasnya pada penyelamatan hewan jalanan yang terlantar khususnya anjing dan kucing. Karena itu bersamaan dengan jadwal feeding monyet, mereka juga membawa makanan untuk puluhan anjing yang tinggal di kawasan-kawasan wisata tadi, Pantai Green Bowl, Pantai Pandawa, dan Pantai Gunung Payung.

Biasanya 15 kilo beras jagung yang dicampur dengan dan 10 kilo punggung ayam menjadi jatah logistik rutin untuk mereka.

Tertarik Berpartisipasi?

Dana yang digunakan untuk membeli makanan biasanya merupakan hasil patungan dari kas Bali Rumah Singgah Satwa sendiri dan patungan dari para donatur. Tapi bagaimanapun kondisi perekonomian yang turun drastis akibat pandemi Covid-19 saat ini membuat kemampuan para donatur berpartisipasi juga sangat terbatas.

Sementara itu kalau saja logistiknya memadai, masih ada kelompok-kelompok monyet ditempat-tempat lain yang juga membutuhkan uluran tangan.

Anda tertarik untuk berpartisipasi dalam program feeding monyet di Bali yang digagas Bali Rumah Singgah Satwa, bisa langsung menghubungi mereka melalui laman Facebook atau akun Instagramnya ya.