Lihat Foto-Foto Lainnya
Pilih Paket Wisata

Hotel & Akomodasi Dekat Pura Taman Ayun

Letak Pura Taman Ayun masih relatif dekat dengan pusat-pusat konsentrasi pariwisata Bali lain, karena itu banyak wisatawan memilih untuk tidak menginap di kawasan ini. Sekilas kita juga memang hampir tidak bisa melihat keberadaan hotel atau fasilitas akomodasi lain di seputaran Pura Taman Ayun maupun Mengwi. Tapi sebetulnya pilihan tersedia cukup banyak, dan rata-rata cukup menarik. Membawa aura otentik Pura Taman Ayun dan Mengwi sendiri, kebanyakan hotel disini relatif kecil, dengan jumlah kamar yang terbatas, tapi menawarkan lingkungan pedesaan yang menawan.

Red Doorz Taman Ayun Bali
Hotel Bintang 2 Bali

Mulai dari Rp. 197.200 / malam.

Balam Bali Villa
Hotel Bintang 3 Bali

Mulai dari Rp. 650.000 / malam.

Umasari Rice Terrace Villa
Hotel Bintang 3 Bali

Mulai dari Rp. 810.000 / malam.

The Citta Mengwi Villas Bali
Hotel Bintang 3 Bali

Mulai dari Rp. 498.200 / malam.

Hotel di Bali Lainnya

Istilah “Pulau Seribu Pura” yang disematkan pada Bali bukanlah jargon berlebihan. Statistik mencatat Bali memiliki belasan ribu pura. Tapi yang populer di kalangan wisatawan dan karenanya menjadi “menu wajib” kunjungan wisata ke Bali jumlahnya tidak sebanyak itu. Salah satu pura di Bali yang populer di kalangan wisatawan baik domestik maupun asing adalah Pura Taman Ayun yang berada di Kota Mengwi, ibu kota Kabupaten Badung yang wilayahnya membentang meliputi kawasan-kawasan wisata utama Bali seperti Kuta, Jimbaran, Nusadua, dan Canggu.

Warisan Budaya Dunia UNESCO

Sebagai sebuah warisan budaya, Pura Tirta Empul bukan yang merupakan warisan budaya Bali yang karenanya menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia. Badan PBB yang mengelola budaya dan pendidikan, UNESCO, pada tahun 2012 lalu telah menetapkan Pura Tirta Empul sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Dalam hal ini keberadaan Pura Tirta Empul sebagai warisan budaya dunia menurut UNESCO ini tidak berdiri sendiri. Pura Tirta Empul yang dibangun pada abad ke-18 ini merupakan bagian dari sistem penataan pertanian “subak” yang konon sudah ada sejak abad ke-9. Bersamaan dengan Pura Tirta Empul, masuk juga dalam kawasan warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO ini kawasan pertanian berbasis subak di sepanjang aliran Sungai Pakerisan yang diantaranya memiliki 5 kawasan persawahan termasuk Jatiluwih.

Dokumen mengenai penetapan UNESCO ini dapat dilihat disini.

Pura Paling Indah di Bali

Kebanyakan wisatawan yang sudah mengunjungi sejumlah pura di Bali menyatakan bahwa Pura Taman Ayun adalah pura paling indah di Bali. Pernyataan yang tidak berlebihan. Sejumlah pura terkanal lainnya menggabungkan keindahan pura dari sisi arsitektur dengan panorama memukau kawasan sekitarnya. Sebut saya Pura Uluwatu dan Pura Tanah Lot sebagai contohnya. Di Tanah Lot, kita bahkan tidak bisa melihat puranya itu sendiri. Yang kita lihat adalah keindahan panorama alam sekitarnya. Pura Uluwatu juga tidak jauh berbeda.

Di Pura Taman Ayun kita benar-benar menikmati keindahan arsitektur sebuah pura, bangunan-bangunan suci yang biasa dikenal dengan istilah “pelinggih”, bangunan-bangunan lain yang bersifat sebagai pendukung seperti bale dan wantilan, dan taman di tempat kompleks suci itu berdiri.

Kompleks suci Pura Taman Ayun dikelilingi danau di ketiga sisi, depan serta sisi kiri dan kanan. Untuk memasuki kawasan pura, satu-satunya jalan adalah melalui jembatan yang dibangun di atas danau. Suasana asri dan keindahan pura dari kejauhan sudah dapat dinimati sejak kita berada di sepanjang di tepi luar danau. Kalau kita datang agak sore saat matahari mulai lebih bersahabat, kita bisa berlama-lama duduk-duduk menikmati keindahan ini berlama-lama sambil duduk-duduk di kursi-kursi yang tersedia di taman di sisi luar danau ini.

Memasuki gerbang setelah melintasi jembatan kita akan disambut hamparan rumput yang sangat luas dengan kontur berteras yang semakin jauh semakin meninggi. Pura di Bali memiliki tatanan yang sama, ada tiga pelataran yang semakin tinggi tempatnya semakin tinggi tingkat kesuciannya. Setelah membayar tiket, di pelataran pertama di sisi kiri ada sebuah kolam dengan “beji” (= tugu pancuran) yang memancarkan air ke 9 arah. Di sisi kanan ada sebuah “wantilan” (= bangunan besar tanpa dinding) besar yang dulunya merupakan arena sabung ayam yang memang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Bali.

Juga berada di sisi kanan, ada sebuah kompleks pura kecil yang berdiri di atas lahan yang lebih tinggi sehingga bangunannya nampak seperti berada di puncak bukit kecil. Pura ini bernama Pura Luhuring Purnama. Wisatawan tidak diperkenankan masuk, tapi kita bisa melihat keindahannya dari pintu masuknya dengan meniti tangga menaiki “bukit”.

Di sisi tertinggi pelataran pertama berdiri gapura menuju pelataran kedua. Gapura ini berbentuk “candi bentar” yang memiliki jalan masuk tanpa pintu diapit menara berukir berbentuk segi tiga di kedua sisinya. Dalam tatanan arsitektur khas Bali, gerbang model candi bentar ini selalu berpasangan dengan “aling-aling”, penghalang sehingga apapun yang melewati pintu tidak bisa masuk lurus tetapi harus berbelok ke samping. Kalau biasanya aling-aling berbentuk dinding tembok, aling-aling di pelataran kedua Pura Taman Ayun ini berbentuk bale tinggi seperti menara.

Jangan hanya asal lewat atau berfoto-foto di depannya. Perhatikan dulu ukiran yang mengelilingi aling-aling yang memiliki nama Bale Pengubengan ini. Ukiran ini bukan hanya sekedar hiasan tetapi menggambarkan Dewata Nawa Sanga atau 9 dewa penjaga arah mata angin. Secara filosofis bisa dihubungkan kembali dengan beji yang memancarkan air ke 9 arah mata angin yang berdiri di tengah kolam di pelataran pertama.

Di sisi kiri pelataran kedua ini berdiri megah “bale kulkul”. Bangunan berbentuk menara yang menjulang tinggi ini, sesuai namanya, di puncaknya tersempan sebuah kulkul alias kentongan. Memang harus tinggi, karena pada masanya kulkul ini dipakai sebagai sarana untuk memanggil warga berkumpul. Jadi posisinya harus memungkinkan supaya suaranya bisa terdengar dari jauh. Di sisi kanan ada sebuah kompleks pura kecil bernama Pura Dalem Bekak.

Meskipun ada aling-aling Bale Pengubengan dan Bale Kulkul yang sama-sama indah dan megah, yang paling menarik di pelataran kedua ini adalah gerbang menuju pelataran ketiga, pelataran paling suci di pura ini. Pintu gerbang raksasa yang menjulang tinggi dengan ukir-ukiran indah ini memang tampak megah berdiri berpadu dengan hamparan rumput luas di bawahnya dan langit biru di atasnya. Tidak heran kalau gerbang “Kori Agung” ini menjadi salah satu tempat berfoto favorit wisatawan. Pada saat ramai pengunjung, wisatawan harus rela antri untuk mendapatkan giliran berpose di depan gerbang ini.

Gerbang utama menuju kawasan paling sakral di Pura Taman Ayun ini hanya dibuka pada saat upacara-upacara tertentu saja. Umat Hindu yang hendak bersembahyang masuk melalui pintu samping. Sementara wisatawan sama sekali tidak diperkenankan masuk. Tapi meskipun tidak diperkenankan masuk, kita dapat melihat keindahannya dari luar, dengan melintasi jalan setapak yang mengelilingi “kawasan terlarang” ini. Jalan masuknya berada di ujung kiri pagar depan yang sejajar dengan gerbang utama.

Berjalan melintasi jalan setapak kita dapat melihat dengan jelas bagian paling sakral dari Pura Taman Ayun ini. Pelataran suci ini dikelilingi danau di keempat sisinya, sehingga dari gerbang utama para pesembahyang harus melintasi sebuah jembatan. Di pelataran ini berdiri sejumlah bangunan suci berupa beberapa “candi”, “tugu”, “gedong”, “bale”, dan yang paling menarik perhatian, “meru”. Meru adalah bangunan berbentuk menara yang menjulang tinggi dengan atap bertingkat.

Jumlah meru di Pura Taman Ayun ini banyak dibandingkan pura-pura lainnya. Kalau dihitung, ada 10 meru di pelataran ini, dengan jumlah tumpukan atap berbeda-beda, 2, 3, 5, 7, 9 dan yang tertinggi 11. Tentunya ketinggian meru ini memiliki makna tersendiri dalam tatanan Agama Hindu. Tapi bagi pengunjung awam, lebih tinggi lebih menarik perhatian. Di Pura Taman Ayun ini meru yang menjulang tinggi juga banyak. Ada 4 meru dengan atap bertumpang 11 dan 2 meru dengan atap bertumpang 9.

Sejarah Pura Taman Ayun

Pembangunan Pura Taman Ayun menunjukkan penghargaan akan kemajemukan yang kuat bahkan sejak pada abad ke 17. Mulai dibangun pada tahun 1692 dan diresmikan pada tahun 1694, pembangunan Pura Taman Ayun yang diprakarsai oleh Raja Mengwi yang berkuasa pada saat itu, I Gusti Agung Putu, melibatkan seorang arsitek Tiongkok bernama Ing Khang Goew yang konon saking dekatnya dengan Raja Mengwi sampai memiliki nama panggilan khusus bergaya Bali, I Kaco.

Pura Taman Ayun dibangun sebagai “paibon” (= pura ibu) bagi keluarga Kerajaan Mengwi, menggantikan Pura Taman Genter yang dibangun sebelumnya, tetapi dinilai terlalu kecil seiring dengan pertumbuhan Kerajaan Mengwi saat itu. Selain itu Raja Mengwi menyadari kesulitan keluarga dan rakyatnya untuk bersembahyang karena jarak ke sejumlah pura utama di Bali sangat jauh. Karena itulah di kompleks Pura Taman Ayun dibuat “penyawangan” yang merupakan simbolisasi dari pura-pura utama di Bali seperti Pura Besakih, Pura Uluwatu, dan lain-lainnya.

Rute Kunjungan di Pura Taman Ayun

Kujungan wisata ke Pura Taman Ayun biasanya tidak memakan waktu teralu panjang. Kenanyakan wisatawan menghabiskan waktu antara 30 menit sampai 1 jam saja di pura ini. Biasanya wisatawan mampir ke Pura Taman Ayun dalam perjalanan menuju tempat-tempat wisata lain di kawasan tengah dan utara Bali, seperti Bedugul atau tempat-tempat wisata pantai di pesisir Bali Utara seperti Kota Singaraja, Lovina, Pemuteran, dan Pulau Menjangan.

Selain rute Bedugul, wisatawan bisa juga melanjutkan perjalanan ke Jatiluwih, kawasan indah dengan panorama sawah berteras yang juga merupakan bagian dari warisan budaya dunia UNESCO. Biasanya mereka yang berkunjung ke Jatiluwih juga mampir ke pura lain yang lagi-lagi merupakan bagian dari warisan budaya dunia UNESCI, Pura Batukaru. Di kawasan seputaran Batukaru – Penebel – Jatiluwih ini ada banyak aktivitas wisata petualangan yang bisa dilakukan, diantaranya mendaki Gunung Batukaru atau menjelajah kawasan pedesaan dengan mengendarai ATV. Dari Jatiluwih ada jalur langsung yang cukup pendek menuju Bedugul.

Pilihan lain adalah perjalanan wisata menuju sisi barat Pulau Bali. Ada sejumlah tempat wisata menarik di Bali Barat. Selain Taman Nasional Bali Barat (TNBB), ada juga Pura Rambut Siwi yang berdiri di atas tebing, dan sejumlah pantai seperti Pantai Soka, Pantai Balian, dan Pantai Medewi.

Menuju Pura Taman Ayun

Pura Taman Ayun berada di kawasan Mengwi yang merupakan ibu kota Kabupaten Badung. Wilayah Kabupaten Badung ini sendiri cukup luas, mengelilingi Kota Denpasar yang merupakan ibu kota Propinsi Bali, dan mencakup kawasan-kawasan wisata populer seperti Nusadua, Jimbaran, Kuta, dan Canggu. Kawasan-kawasan wisata tersebut berada di selatan Denpasar, sementara Mengwi terletak di utara Denpasar.

Kalau menginap di kawasan-kawasan wisata populer tersebut, untuk menuju Pura Taman Ayun tinggal arahkan kendaraan menuju Gilimanuk melalui Denpasar dan Tabanan. Saat sampai di kawasan Mengwi, ada petunjuk arah ke kanan menuju Bedugul. Ikut belok kanan ke arah Bedugul. Berjalanlah pelan-pelan, cari petunjuk arah menuju Pura Taman Ayun. Dari persimpangan tadi, jaraknya sekitar 1 kilometeran.

Kalau sudah ketemu, tinggal ikuti belok kanan melintasi Pasar Mengwi. Jalan ini pendek saja, hanya beberapa ratus meter. Di ujungnya sudah nampak gerbang masuk ke Pura Taman Ayun. Parkirlah kendaraan di depan gerbang, karena meskipun kendaraan diperkenankan masuk melewati gerbang tersebut, tidak ada tempat parkir. Kalau berkendara bersama sopir, biasanya kendaraan dibawa masuk untuk menurunkan penumpang di depan pintu pura, kemudian mobil keluar lagi untuk parkir.

Dari tempat parkir menuju pintu masuk pura jaraknya relatif dekat, sekitar 100 meter. Jalannya juga nyaman untuk berjalan kaki. Trotoarnya lebar dan teduh. Bisa juga mampir ke kios-kios cinderamata dan makanan yang berada di tepi jalan.

Catatan

  • Buka dari pukul 7.30 pagi sampai pukul 17.00 sore.
  • Bayar tiket masuk Rp. 10.000 per orang (wisatawan asing Rp. 20.000) plus parkir Rp. 5.000 per mobil.
  • Tidak seperti kebanyakan pura lain, masuk ke Pura Taman Ayun tidak diharuskan memakai kain, karena kita memang tidak diperkenankan masuk ke kawasan suci.
  • Kebanyakan wisatawan domestik menghabiskan waktu sekitar 30 menit sampai 1 jam disini. Kecuali kalau rame banget dan antri giliran berpose di depan gapuranya yang sangat indah.

Tempat Wisata LainDekat Pura Taman Ayun

Konon Mengwi merupakan kawasan tradisional, tidak heran kalau kebanyakan tempat wisata di kawasan ini juga berhubungan dengan tradisi masyarakat Bali. Ada dua hutan kera yang dianggap sakral dekat Pura Taman Ayun, Sangeh di kawasan Badung dan Alas Kedaton di Tabanan. Ada juga pura indah lain yang juga tidak terlalu jauh, Pura Batukaru. Rute lanjutan dari Pura Taman Ayun biasanya Jatiluwih atau Bedugul.

Hutan Sangeh, Abiansemal, Bali

Sangeh

Pemandian Air Panas Angseri, Bali

Air Panas Angseri

Hutan Alas Kedaton, Tabanan, Bali

Alas Kedaton

Pura Batukaru, Bali

Pura Batukaru

ATV Batukaru, Bali

Bali by Quad

Wisata Jatiluwih, Bali

Jatiluwih

Pura Ulun Danu Beratan, Bedugul, Bali

Pura Ulun Danu Beratan

Danau Beratan, Bedugul, Bali

Danau Beratan

Kebun Raya Bedugul, Bali

Kebun Raya Bedugul

Tempat Wisata di Bali Lainnya

Restoran dan Fasilitas Wisata Lain yang Terdekat

Kalau tertarik menikmati kuliner Bali dengan cara tradisional Pasar Mengwi yang berada dekat tempat parkir bisa menjadi pilihan seru. Tapi kalau lebih memilih yang berkelas restoran, tidak ada yang dekat-dekat. Yang terdekatpun jaraknya beberapa kilometer. Kalau memang berencana melanjutkan perjalanan menuju Bedugul atau Bali Utara, ada beberapa restoran dalam perjalanan menuju Bedugul. Kalau ke arah Jatiluwih, ada beberapa restoran di Tabanan sebelum berbelok ke arah Jatiluwih.

Warung Dedari Bali
Review Restoran Warung Dedari Bali

Warung Dedari

Bougenville Resto & Cafe Bali
Review Bougenville Resto & Cafe Bali

Bougenville Resto & Cafe

Ikan Bakar Pondok Rasa Bali
Review Restoran Ikan Bakar Pondok Rasa Bali

Ikan Bakar Pondok Rasa

Rumah Desa Balinese Home & Cooking Studio Bali
Review Rumah Desa Balinese Home & Cooking Studio Bali

Rumah Desa Balinese Home & Cooking Studio

Restoran di Bali Lainnya