Hotel dan Akomodasi Lain yang Terdekat
Pura Rambut Siwi berada di jalur lintas dan bukan kawasan wisata sehingga tidak ada hotel ataupun wasilitas lain di sekitarnya. Hotel terdekat selain berada di Kota Jembrana juga ada di sekitar Pantai Balian yang masing-masing jaraknya sekitar 30 menit. Kebanyakan wisatawan tinggal di kawasan wisata lain dan datang ke pura ini dalam satu rangkaian perjalanan, mengunjungi tempat-tempat wisata di Bali Barat.
Banyak wisatawan terkecoh dengan berfikir bahwa Pura Rambut Siwi itu hanyalah tempat persembahyangan kecil yang tidak menarik. Yang berpfikir begini biasanya adalah mereka yang pernah melintas jalur lalu lintas antara Denpasar dan Gilimanuk, seperti mereka yang berwisata ke Bali melalui jalur darat dari kota-kota besar di Pulau Jawa. Di pinggir jalan raya Denpasar – Gilimanuk ini memang ada sebuah tempat persembahyangan kecil yang biasanya selalu ramai dikunjungi Umat Hindu untuk bersembahyang.
Yang benar, tempat persembahyangan di pinggir jalan raya Denpasar – Gilimanuk yang sering dikira sebagai Pura Rambut Siwi adalah Pura Pesanggaran yang memang merupakan bagian dari Pura Rambut Siwi. Sementara itu Pura Rambut Siwi-nya sendiri berada agak jauh dari jalan raya, berdiri di atas tebing di tepi laut dengan jarak sekitar 1-2 kilometer dari Pura Pesanggrahan ini. Biasanya Umat Hindu yang sedang dalam perjalanan bersembahyang untuk memohon keselamatan di Pura Rambut Siwi. Mereka yang sedang dalam perjalanan biasanya punya waktu yang sangat terbatas. Dalam kondisi itulah mereka cukup mampir sejenak untuk bersembahyang di Pura Pesanggrahan ini tanpa harus jauh-jauh masuk ke Pura Rambut Siwi.
Pura Rambut Siwi merupakan kompleks suci yang berdiri di puncak tebing di tepi lautan yang langsung menghadap ke Samudera Indonesia. Posisinya mengingatkan kita pada Pura Uluwatu atau Pura Tanah Lot yang sama-sama berada di tepi laut. Meskipun tebing tempat Pura Rambut Siwi berdiri tidak setinggi tebing Pura Uluwatu, juga tidak terpisah dari daratan menjadi sebuah pulau karang seperti Pura Tanah Lot, keindahan panorama pesisir berupa pantai dan lautan di Pura Rambut Siwi tidak kalah menawan. Sementara itu dari sisi keindahan arsitektur dan karya seni tingkat tinggi yang dituangkan dalam bentuk patung dan ukir-ukiran di Pura Rambut Siwi jauh lebih menonjol dibandingkan Pura Uluwatu dan Pura Tanah Lot.
Pura Rambut Siwi bukan hanya terdiri dari satu pura tetapi kompleks yang terdiri dari 9 pura, termasuk Pura Pesanggrahan yang terpisah agak jauh di tepi jalan raya. Mendampingi pura utama yang berdiri megah di puncak bukit kecil di atas tebing adalah Pura Luhur Rambut Siwi. Pendamping terdepannya adalah Pura Taman. Kemudian ada beberapa pura lain yang berdiri persis di puncak tebing seperti Pura Gading Wani, Pura Penataran, Pura Melanting, dan Pura Dalem Ped. Sementara itu di kaki tebing yang sejajar dengan pantai ada Pura Segara, Pura Goa Dasar, dan Pura Goa Tirta. Yang terakhir adalah tempat untuk mengambil air suci yang dalam kosakata Umat Hindu di Bali dikenal dengan sebutan “tirta”.
Ada tiga akses masuk ke kompleks Pura Rambut Siwi, masing-masing memasuki kompleks dari sisi timur, utara, dan barat. Meskipun demikian jalan masuk utama adalah melalui lapangan parkir utama di sisi barat, terpisah dari kompleks pura oleh sebuah sungai yang bermuara di pantai dekat pura. Tebing tempat Pura Rambut Siwi berdiri berujung di salah satu sisi muara ini, sementara lapangan parkir yang berada di seberang muara berada pada ketinggian yang hampir sama dengan pantai. Jadi untuk mencapai pura, kita harus melintasi jembatan yang menyeberangi muara kemudian meniti tangga terjal menaiki tebing sebelum akhirnya mencapai gerbang utama memasuki kompleks pura.
Begitu memasuki gerbang yang paling menarik perhatian adalah Pura Luhur Rambut Siwi. Sebagai pura utama letaknya persis berhadap-hadapan dengan gerbang, posisinya paling tinggi, dan ukurannya paling besar dan luas. Dari sisi daya tarik arsitekturnya pastinya juga paling menarik, dengan gerbang-gerbang menjulang tinggi yang penuh dengan ukir-ukiran indah, Pura Luhur Rambut Siwi memang paling menarik perhatian dibandingkan pura-pura pendampingnya. Tidak heran kalau banyak wisatawan memulai penelusurannya dari pura ini, bertolak belakang dengan Umat Hindu yang datang bersembahyang. Mereka yang bersembahyang di Pura Rambut Siwi biasanya justru menjadikan Pura Luhur sebagai pura terakhir yang didatangi untuk bersembahyang.
Seperti umumnya tatanan bangunan pura di Bali, Pura Luhur Rambut Siwi juga memiliki tiga pelataran dengan ketinggian yang bertingkat. Pelataran bawah berada paling depan dengan ketinggian paling rendah, kemudian pelataran tengah yang sedikit lebih tinggi, lalu pelataran utama dengan yang posisinya paling belakang dan paling tinggi merupakan bagian paling sakral dimana bangunan-bangunan tempat persembahyangan – disebut pelinggih – berada. Seperti di kebanyakan pura lain, pelataran utama di Pura Luhur Rambut Siwi juga hanya boleh dimasuki oleh Umat Hindu yang datang untuk bersembahyang, wisatawan dan pengunjung lainnya tidak diperkenankan masuk dan hanya bisa melihat dari luar gerbang.
Masing masing pelataran memiliki tiga gerbang, depan, kiri, dan kanan. Sehingga dihitung-hitung di Pura Luhur ini saja ada 9 gerbang. Uniknya masing-masing gerbang yang menjulang tinggi ini meskipun selewat memiliki potongan yang sama, tetap masing-masing berbeda, baik bentuk maupun ukir-ukirannya. Bangunan lain yang tidak kalah menarik adalah bale kulkul. Meskipun kulkul alias kentongan mungkin terdengar sebagai sesuatu yang sederhana, tetapi bale atau bangunan tempat menyimpannya merupakan menara yang menjulang tinggi dan berukir indah. Pelataran bawah lebih banyak diisi taman yang asri dan hanya terdapat beberapa bale kecil selain bale kulkul. Memasuki gerbang ke pelataran tengah ada dua bale besar di masing-masing sisi. Bale di sisi kiri dipakai untuk menyimpan aneka peralatan upacara, sementara bale di sisi kanan disebut “bale gong” karena dipakai untuk menyimpan seperangkat gamelan tradisional Bali.
Pelataran utama tidak memiliki taman, seluruhnya berpaving tempat umat yang bersembahyang duduk menghadapi jejeran pelinggih, salah satunya berupa meru dengan atap bertingkat khas bangunan pura di Bali. Meru di pura ini memiliki atap bertingkat tiga. Ada juga bale yang berukuran cukup luas. Sayang meskipun ada tiga gerbang, di tiga sisi, kita hanya bisa melongok melalui pintu besi yang dipasang di masing-masing gerbang. Pintu ini dibuka saat ada Umat Hindu datang untuk bersembahyang, tapi meskipun saat pintunya dibuka, tentunya sebagai wisatawan kita harus cukup sopan untuk tidak mengganggu kesucian bagian paling sakral dari tempat peribadatan ini.
Puas menikmati keindahan Pura Luhur sudah waktunya kita beranjak ke pura lain yang berdiri di sampingnya. Paling dekat, berbagi halaman yang sama dengan pintu samping pelataran utama Pura Luhur ada Pura Dalem Ped. Berjalan ke arah barat dari Pura Dalem Ped ada Pura Melanting. Lebih ke depan lagi ada Pura Gading Wani. Dua pura yang disebut belakangan berada persis di bibir tebing, sehingga dari depan pura kita bisa menikmati panorama indah pantai berpasir hitam yang membentang ke arah barat. Sepertinya cantik banget saat sunset disini.
Dari depan Pura Melanting anda tangga sempit menuruni tebing. Tangga ini berujung di depan pura yang berada di tepi pantai. Ada beberapa pura di kaki tebing yang berada tepat di bawah kompleks Pura Rambut Siwi ini. Selain Pura Segara, ada dua goa alam yang juga dijadikan sebagai tempat persembahyangan lengkap dengan bangunan-bangunan seperti bale dan pelinggihnya sehingga juga dianggap sebagai pura. Masing-masing adalah Pura Goa Dasar dan Pura Goa Tirta. Dari samping Pura Segara ada tangga naik lagi menuju Pura Penataran.
Sejarah Pura Rambut Siwi
Sulit mencari referensi mengenai sejarah Pura Rambut Siwi, apalagi mengetahui kapan tempat suci Umat Hindu ini didirikan. Kilas sejarah ke belakang hanya menemukan bahwa nama Pura Rambut Siwi berasal dari rambut seorang pendeta suci bernama Dang Hyang Nirartha yang memberikan sehelai rambutnya untuk disimpan didalam pelinggih untuk kemudian “disiwi” oleh semua umat yang bersembahyang supaya mendapat keselamatan dan kesejahteraan. Kata “disiwi” ini memiliki makna yang hampir sama dengan menjunjung atau menyembahyangi. Konon sejak itulah nama pura ini menjadi Pura Rambut Siwi.
Tapi pada saat pendeta suci tersebut memberikan rambutnya itupun pura atau tempat persembahyangan ini memang sudah ada disana, entah sejak kapan.
Konon Dang Hyang Nirartha berhenti di tempat persembahyangan itu dalam perjalanan. Ada kisah yang menyebut bahwa saat itu sang pendeta suci sedang dalam perjalanan dari Pulau Jawa. Ada juga yang menyebut dalam perjalanan keliling Pulau Bali. Tapi kemudian kisah itu bersambung menjadi satu kisah yang sama, tentang seorang penjaga pura yang setengah memaksa Dang Hyang Nirartha untuk mampir dan bersembahyang di pura itu sebelum melanjutkan perjalanan melalui hutan. Konon penjaga pura itu mengatakan bahwa mereka yang memasuki hutan tanpa bersembahyang dulu di pura itu akan mengalami kesialan, yaitu diterkam harimau.
Tetapi saat Dang Hyang Nirartha bersembahyang, bangunan pura itu tiba-tiba hancur. Selain menyatakan akan membangun kembali pura tersebut seperti sediakala. Dang Hyang Nirartha juga melepas gelungan rambutnya serta menyerahkan sehelai rambutnya sendiri untuk disimpan di pelinggih pura dan disembahyangi oleh semua umat yang datang.
Menuju Pura Rambut Siwi
Menemukan Pura Rambut Siwi tidak sulit, bahkan mereka yang datang berkunjung ke Bali lewat jalur darat dari arah Pulau Jawa pasti melewati pura ini dalam perjalanan dari pelabuhan penyeberangan Gilimanuk menuju kawasan-kawasan wisata Bali populer seperti Kuta, Sanur, dan lain-lain. Kalaupun ada kendala, mungkin ada pada jarak yang secara langsung mempengaruhi waktu tempuh. Dari Denpasar perlu waktu antara 2 sampai 3 jam untuk menempuh jarak sekitar 80 kilometer dalam kondisi lalu lintas normal. Dari pusat-pusat pariwisata seperti Kuta dan Sanur tentu lebih jauh lagi. Normal di jalur ini artinya tidak macet tetapi banyak hambatan yang membuat laju kendaraan sering kali terpaksa merayap.
Arahkan kendaraan menuju Gilimanuk di ujung barat Pulau Bali melalui Tabanan. Karena hampir sepanjang jalan menyusuri pesisir, selepas Kota Tabanan hampir sepanjang jalan kita disuguhi panorama indah, silih berganti antara pantai dan hamparan sawah, atau keduanya sekaligus pada saat yang bersamaan. Ada sejumlah pantai populer yang terlewati sepanjang perjalanan, diantaranya Soka, Yeh Leh, Medewi dan Balian. Dua yang terakhir ini letaknya tidak persis di jalan raya tapi agak masuk beberapa ratus meter melewati jalan kecil. Saat mulai lelah setelah berkendara beberapa jam, bisa mampir untuk rehat sejenak di salah satu tempat beristirahat, yang populer adalah rest area di Pantai Soka, Pantai Yeh Leh, dan Pantai Selabih.
Setelah melewati rute dengan panorama pantai di sepanjang sisi kiri jalan, kita akan memasuki Ibu Kota Kecamatan Pulukan yang diikuti kawasan wisata Pantai Medewi. Kemudian kita akan melewati jalan dengan hamparan sawah di kiri kanan jalan. Selang beberapa menit kita akan bertemu dengan sedikit keramaian, banyak kendaraan berhenti di sebuah tempat persembahyangan kecil di sisi kiri jalan. Selain keramaian pengunjung ada juga jejeran pedagang canang, sesaji yang dihaturkan Umat Hindu saat sembahyang. Itulah Pura Pesanggrahan Rambut Siwi. Bagian dari Pura Rambut Siwi yang berada di tepi jalan utama sehingga mereka yang sedang terburu-buru dalam perjalanan dapat singgah sejenak untuk bersembahyang tanpa harus masuk ke pura utama.
Ada tiga jalan masuk menuju kawasan suci Pura Rambut Siwi yang berada di tepi pantai, sekitar satu kilometer dari Pura Pesanggrahan di tepi jalan tadi. Jalan pertama berada persis di sisi kiri Pura Pesanggrahan yang memasukikawasan suci Pura Rambut Siwi dari sisi timur. Yang kedua, dari Pura Pesanggaran maju lagi sedikit ke arah Gilimanuk, ada jalan kecil ke arah kiri yang memasuki kawasan suci Pura Rambut Siwi dari sisi utara. Yang ketiga adalah rute utama. Dari jalan kedua tadi, masih terus lagi beberapa ratus meter ke arah Gilimanuk, ada jalan ke arah kiri dengan gerbang besar khas Bali. Jalan masuknya cukup lebar, dua lajur membelah sawah dengan arah persis menuju pantai. Jalan ini berujung di lapangan parkir yang berada di sisi barat kawasan suci Pura Rambut Siwi.
Catatan
- Leluasa parkir dan bisa sekalian menikmati keindahan pantai, sebaiknya pilih jalan masuk utama, yang ketiga di penjelasan di atas.
- Di lapangan parkir hanya membayar biaya parkir saja.
- Setelah naik ke kawasan pura, baru membeli tiket dan meminjam kain dan selendang pengikatnya.
- Ada banyak pura di kompleks ini, selain di atas tebing, ada juga yang di kaki tebing, mengelilingi semuanya perlu waktu sekitar 1-2 jam.
- Perhatikanlah papan-papan petunjuk karena ada bagian-bagian tertentu yang tidak boleh dimasuki pengunjung kecuali Umat Hindu yang datang untuk bersembahyang.
Tempat Wisata Lain yang Berdekatan
Pura Rambut Siwi berada di bagian barat Pulau Bali, tepatnya di Kabupaten Jembrana, jadi tempat-tempat wisata yang berdekatan juga tidak jauh-jauh dari Kabupaten Jembrana dan Bali Barat, termasuk Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

Pura Srijong

Bunut Bolong

Pantai Balian

Pantai Delod Berawah

Pelabuhan Pengambengan

Bendungan Palasari

Taman Nasional Bali Barat
Restoran dan Fasilitas Wisata Lain yang Terdekat
Kalau kelaparan di Pura Rambut Siwi, yang ada hanya warung-warung kecil di lapangan parkir. Restoran yang lebih representatif paling dekat adanya di Kota Negara atau di seputaran Pantai Medewi yang jaraknya dari Pura Rambut Siwi kurang lebih sama hanya beda arah, sekitar 20-30 menitan.