Ada ratusan negara di dunia dan ada banyak tempat di dunia yang sangat terkenal sebagai destinasi wisata yang diidentikan dengan atribut-atribut kemewahan. Tetapi ternyata para pembaca majalah pariwisata dunia yang bermarkas di Amerika Serikat, Travel + Leisure, justru memilih salah satu hotel di Indonesia sebagai hotel terbaik di dunia pada tahun 2016 ini. Uniknya hotel yang berhasil menggondol predikat prestisius itu bukan berada di tempat wisata terkemuka tanah air seperti Bali atau mungkin kota bisnis utama seperti Ibu Kota Jakarta. Melaui ajang penghargaan bertajuk World’s Best Travel Awards 2016 yang hasilnya dipublikasikan pada awal bulan Juli lalu itu Nihiwatu, sebuah resor wisata pantai yang berada di Pulau Sumba, berada di posisi teratas dalam daftar The 100 Best Hotels in the World atau 100 hotel terbaik di dunia menyisihkan sejumlah kontestan lain dari berbagai negara.

Tanpa melihat statistik kita tentu bisa membayangkan ada berapa banyak hotel di seluruh dunia, sehingga meraih predikat The Best Hotel in the World otomatis juga menunjukkan bahwa Nihiwatu Sumba menyisihkan sekian banyak pesaing. Apalagi Nihiwatu tidak berada di destinasi wisata yang terkenal akan kemewahannya, tetapi di sebuah pulau terpencil yang bahkan mungkin hanya sebagian kecil penduduk Indonesia sendiri yang dapat membayangkan lokasinya di atas peta. Istimewanya lagi, sebagian besar partisipan yang memberikan suaranya untuk Nihiwatu adalah turis mancanegara. Pastinya menarik untuk mencari jawaban mengapa justru wisatawan domestik jarang yang tertarik untuk menghabiskan waktu berliburnya di tempat ini?

nihiwatu-sumba-the-best-hotel-in-the-world

Pulau Sumba

Kemenangan Nihiwatu bukan hanya mengejutkan para pelaku dunia pariwisata tanah air. Banyak kolom yang ditulis media-media internasional mengemukakan suara yang sama. Bagaimana sebuah resor kecil di pulau kecil yang jarang diketahui orang, jauh terpencil di pedalaman Indonesia, bisa mengalahkan hotel-hotel terbaik di tempat-tempat tujuan wisata ternama seperti London atau New York misalnya. Beberapa media bahkan menyebut Sumba, pulau dimana Nihiwatu berada, dengan sebutan “the lost world island” alias pulau di dunia yang hilang, serta “remote and completely off the grid” atau terpencil bahkan tidak ada di peta.

Lapangan terbang terdekat dengan Nihiwatu di Pulau Sumba berada di Kota Tambolaka. Jumlah penerbangan ke kota ini bisa dihitung dengan jari sebelah tangan setiap harinya, tercatat hanya ada Wings Air dan Garuda Indonesia yang terbang dengan pesawat kecil dari Denpasar. Wings Air terbang sekali sehari dengan pesawat berbaling-baling ATR-72 yang berkapasitas 72 penumpang sementara Garuda Indonesia dengan frekuensi yang sama terbang dengan menggunakan pesawat jet kecil Bombardier CJR-1000 yang berkapasitas sedikit lebih tinggi, 96 penumpang. Penerbangan ini memerlukan waktu 1 jam 25 menit dengan ATR-72, sementara dengan mesin jet yang digendongnya Bombardier CJR-1000 terbang sedikit lebih cepat, 1 jam 10 menit. Penerbangan dari kota lain sama sekali tidak ada, apalagi dari negara lain. Kecuali menggunakan pesawat pribadi atau pesawat charter, semua wisatawan yang datang ke pulau ini harus melalui Denpasar.

Sumba sendiri merupakan salah satu pulau di dalam gugusan kepulauan yang masuk ke dalam wilayah Nusa Tenggara Timur. Hampir sejajar dengan Flores yang berada di utaranya, dengan Bali pulau ini terpisah oleh dua pulau lain, Lombok dan Sumbawa. Luasnya yang lebih dari 11.000 kilometer persegi ini hanya dihuni sekitar 700.000 penduduk yang sampai saat ini masih sangat lekat dengan tradisi turun-temurun dari leluhurnya. Bandingan kepadatannya dengan Pulau Bali yang luasnya kurang dari separuhnya (luas Bali 5.780 km2, luas Sumba 11.153 km2) memiliki jumlah penduduk 6 kali lipat (per tahun 2014 jumlah penduduk Bali 4.225.000 jiwa, jumlah penduduk Sumba 612.000). Keterpencilan dan tradisi masyarakat sekitar kemudian menjadi salah satu daya tarik utama Nihiwatu.

Selain beberapa hal lain, keterpencilan dan tradisi masyarakat inilah yang menjadi daya tarik utama Nihiwatu. Para pemilik dan pengelolanya sukses menggabungkan kenyamanan dan kemewahan dengan kondisi alam di tempatnya berdiri.

Nihiwatu Sumba

surfing-di-nihiwatuNihiwatu sendiri sudah berdiri jauh sebelum kemudian meraih penghargaan prestisius sebagai Hotel Terbaik Dunia 2016 versi pembaca Travel + Leisure. Tadinya Nihiwatu hanya merupakan penginapan kecil yang disediakan untuk para peselancar. Laut di tempat hotel ini berdiri memang sangat istimewa. Sebelum Nihiwatu dikenal dunia sampai akhirnya menyandang predikat Hotel Terbaik Dunia itu, tempat ini sudah lebih dahulu dikenal oleh para peselancar dunia sebagai “The Word’s Best Left-Hand Breaks”. Gulungan ombaknya bisa menjulang sampai setinggi 4 meter. Bagi orang biasa mungkin mengerikan, tapi bagi peselancar itu justru tantangan yang sangat menarik untuk ditaklukkan. Tapi meskipun sangat terkenal, tidak banyak peselancar yang rela melakukan perjalanan demikian jauh ke tempat yang sangat terpencil seperti Nihiwatu ini. Jadi tidak heran kalau pada saat itu Nihiwatu hanya memiliki 10 kamar saja. Saat itu sebagai sebuah “surf camp”, Nihiwatu memang cukup mewah, bukan akomodasi kelas “backpackers”. Mungkin karena meskipun banyak peselancar cenderung memilih melakukan perjalanan super hemat, mereka yang sanggup membiayai perjalanan sampai ke Nihiwatu tentunya memiliki kantong yang cukup dalam.

Media-media pariwisata dunia menyebutkan perkembangan berbeda terjadi dalam beberapa tahun terakhir setelah kepemilikannya berpindah tangan. Kepada media, Chris Burch sebagai pemilik baru mengatakan bahwa dia memutuskan untuk membeli resor terpencil ini karena dia melihat perubahan dalam trend berwisata di kalangan orang-orang berkantong tebal. Mewah tetaplah identik dengan nyaman, tapi kedekatan dengan lingkungan alami sekarang jauh lebih penting daripada ornamen kamar mandi berlapis emas atau ranjang dengan sprei berbahan sutra. Transformasi yang dibawa Burch bersama timnya membuat tamu-tamu Nihiwatu tidak lagi terbatas pada para peselancar. Bahkan dikatakan bahwa sekarang kebanyakan tamu Nihiwatu bukan peselancar. Seorang reporter yang menceritakan kunjungannya ke Nihiwatu melalui portal pariwisata Traveller yang berbasis di Australia mengatakan bahwa pada saat dia berkunjung, hanya ada 3 tamu yang sengaja datang untuk berselancar.

book-nihiwatu-sumba

Sebagai sebuah resor ekslusif, tidak banyak portal reservasi hotel menawarkan Nihiwatu. Kalau mau booking, sebaiknya langsung melalui websitenya atau hubungi kantor pemasarannya yang berada di Bali, alamat Kuta Poleng Complex Block C/2 80361, nomor telepon (0361) 757149.

Tidak terbatas pada menaklukkan gulungan ombak di atas papan selancar, Nihiwatu sekarang memanjakan tamu-tamunya dengan pengalaman wisata yang khusus dipersiapkan sesuai selera pribadi masing-masing tamu yang pastinya berbeda-beda, kejutan mendapati hal-hal baru yang tidak pernah dibayangkan, memanjakan keingintahuan tentang alam dan tradisi yang unik dan tidak ada di tempat lain. Pastinya semua dikemas dalam kenyamanan yang paripurna yang langsung terasa begitu para tamu memasuki kawasan hotel. Ada 28 villa yang masing-masing dilengkapi kolam renang pribadi, spa yang berdiri di atas puncak-puncak pepohonan, fasilitas jelajah berkuda, dan tentunya daya tarik yang sudah menjadikan Nihiwatu melegenda, fasilitas lengkap untuk berselancar dan akses pribadi menuju salah satu titik berselancar yang paling diidam-idamkan para peselancar dari seluruh penjuru dunia.

Masing-masing unit villa dirancang unik dan memiliki gaya tersendiri. Semua atribut kemewahan tersedia, termasuk kasur yang empuk dan kamar mandi yang menyediakan air panas setiap saat. Tetapi bukan itu daya tarik yang sesungguhnya dari hotel ini. Kemewahan bisa kita dapatkan di banyak tempat lain di dunia, bahkan di tengah kota-kota bisnis yang hiruk-pikuk dengan aneka kesibukan. Tapi menikmati kemewahan tersebut dengan cara yang menyatu dengan alam adalah sesuatu yang sangat berbeda. Kasur empuk tetap saja kasur empuk, dimanapun kasur itu diletakkan. Tetapi saat kita merebahkan diri di atas kasur empuk itu sambil memandang indahnya pasir putih di pesisir Nihiwatu, ceritanya sangat berbeda, tingkat kemewahaanya naik berlipat-lipat.

Untuk memastikan kebutuhan dan keinginannya terpenuhi dengan baik, fihak hotel menyediakan seorang butler pribadi untuk masing-masing tamu.

Berada di tempat terpencil dimana fasilitas sangat terbatas, selain villa-villa untuk para tamu menginap, Nihiwatu juga menyediakan aneka fasilitas lain sehingga semua kebutuhan tamu dapat dipenuhi di dalam lingkungan villa. Dikomandani oleh seorang chef profesional asal Australia, Nihiwatu memiliki tiga restoran yang masing-masing sanggup memanjakan lidah para tamu yang memang kebanyakan sudah terbiasa dengan restoran-restoran papan atas dunia. Selain villa yang luas dan nyaman, para tamu juga bisa bersantai di Nihi Oka, beach club yang dilengkapi kolam renang besar. Untuk mereka yang ingin memanjakan jiwa, ada fasilitas untuk yoga di Coconut Cove. Ada juga Spa Safari yang memiliki program khusus dimana tamu dimanjakan dengan aneka perawatan sehari penuh. Para tamu juga bisa berjalan-jalan menikmati keindahan alam sekaligus keunikan tradisi masyarakat setempat dalam program safari, baik berkuda maupun dengan mengendarai mobil.

Sementara itu daya tarik legendaris Nihiwatu tetap tersedia, gulungan ombak impian para peselancar dunia yang dikenal dengan nama God’s Left memang berada persis di depan hotel. Untuk memastikan bahwa masing-masing peselancar puas menikmatinya, aksesnya diatur bergiliran. Hanya 10 peselancar diperbolehkan untuk turun secara bersamaan dan tidak gratis. Masing-masing peselancar dikutip $100 sekali turun. Mahal? Bisa jadi. Tapi kalau peselancar yang anda sanggup datang ke Nihiwatu dan menyewa villa disini, membayar $100 untuk sebuah pengalaman tak terlupakan pastinya tidak ada artinya. Untuk dicatat, harga sewa villa dengan satu kamar yang termurah berkisar antara $650 selama low season dan $1.100 pada peak season. Yang termahal adalah blok villa berkamar 5 yang dijual dengan harga yang sama sepanjang tahun, tidak tergantung musim, $12.000 per malam.